Laman

Selasa, 27 Agustus 2013

Arogansi Wahabi: Meminta Syafa'at Kepada Nabi Berarti Menyembah Nabi Dan Syirik Serta Menyerupai Nashrani !!.

Dalam permasalahan syafa’at, golongan Wahabi telah keliru memahaminya dengan menyamakan permohonan syafa’at kepada Nabi dan orang-orang sholih dengan syirik. Untuk menguatkan pandangan yang keliru ini mereka mengemukakan sejumlah argumentasi yang kesimpulannya adalah bahwa meminta syafa’at kepada selain Allah adalah syirik. Sangat jelaslah kalau disini kaum wahabi adalah kaum yang ahli mensyirikkan kelompok lain.

Pemahaman dan akidah Wahabi sama sekali tidak didasari oleh pemikiran yang shohih. Pemahaman yang menyimpang tersebut bisa dibantah dengan ayat-ayat Qur’an dan hadits-hadits shohih. Mereka tidak memahami dengan benar arti penyembahan. Oleh karena itu, mereka berpemahaman bahwa meminta syafa’at dari para nabi hukumnya sama dengan menyembah mereka. Dan tak ubahnya seperti orang Kristen yang masuk surge karena tebusan dosa yesus. Padahal dalam hal “menyembah” itu ada satu unsur kepatuhan mutlak yang hanya umat Islam lakukan kepada Allah Swt.

Semenjak zaman Nabi sampai sekarang, umat Islam cuma meyakini Allahlah sebagai Tuhan yang secara mutlak memilik syafa’at, bukan para Nabi. Para Nabi hanya mampu memberi syafa’at dengan izin Allah. Sebab diterangkan dalam Qur’an bahwa Allah Swt menganugerahkan hak kepada Nabinya untuk memberi syafaat terhadap umat manusia. Karena adanya izin dari Allah inilah maka umat Islam meminta Nabi Muhammad Saw untuk memberi syafa’at.

Ulama Ahlus sunnah semisal Imam Bukhari dan Imam Tirmidzi dalam kitab haditsnya mereka tidak pernah mensejajarkan syafa’at dengan prilaku syirik.

Dalam kitab Hadits Sunan Tirmidzi diterangkan satu riwayat dari sahabat Anas bin Malik yang mengatakan:

"Aku memohon Nabi untuk memberiku syafa’at di hari kiamat. Beliaupun menerima dan bersabda: “Aku akan melaksanakannya. Aku lalu bertanya lagi: Dimanakah aku menjumpaimu ya Rasulullah? Beliau menjawab, ‘Di sirath (jembatan)." (Juz:IV hal: 621 Nomor hadits 2433).

Riwayat diatas menjelaskan bahwa sahabat Anas dengan haqqul yaqin meminta syafa’at kepada Nabi Saw dan beliaupun menerima permohonannya. Dalam hati Nabi Saw dan Anas tidak terbersit sedikitpun fikiran bahwa perbuatan tersebut tergolong syirik.

PERTANYAANNYA: Lalu kenapa kaum wahabi berani mensyirikkannya?