Laman

Minggu, 12 Mei 2013

Hukum Senam Aerobik Bagi Wanita




S.Bagaimana hukum senam aerobic bagi wanita yang dipandu oleh seorang waria?

U.Islam menganjurkan kepada umatnya baik laki-laki maupun perempuan untuk senantiasa memelihara kesehatan. Sehingga melakukan senam untuk motif kesehatan, hukumnya “mubah”  (boleh). 

Namun yang perlu diperhatikan, apabila wanita melakukan senam ditempat umum, maka wanita tersebut harus memelihara kehormatannya yakni dengan mengusahakan supaya tidak dilihat kecuali oleh orang yang halal bagi dirinya. Sehingga tempat senam wanita haruslah dipisah dengan senam laki-laki. Wanita jelas berbeda dengan laki-laki. Dalam pandangan islam, wanita adalah kehormatan yang wajib untuk dipelihara.

Bagaimana jika instruktur senamnya seorang waria?

Umumnya waria adalah kaum pria yang menyerupai wanita, baik dalam hal cara berbicara, berpakaian, gaya dalam berjalan sampai dalam hal penampilan fisik. Pada dasarnya waria seperti itu dihukumi pria. Sehingga perlu diusahakan pelatih senam bagi wanita bukanlah seorang waria melainkan juga sama-sama wanita.

Wallahu A’lam.

Kamis, 09 Mei 2013

Hukum Talkin Mayit (2)




Masalah talkin yang dilakukan sebelum mayat itu mati maka seluruh ulama’ sepakat akan hal ini. Namun dalam kaitan mentalkin mayat setelah kematiannya yang dilakukan diatas kubur maka terdapat dua pendapat para ulama’.

I. Ulama’ yang membolehkan 
1. Dari madzhab Hanafi
Telah berkata Syaikh Abdul Ghony Al Ghonimy Ad Dimasyqy Al-Hanafi dalam kitab beliau berjudul Al-Lubab Fi Syarhil Kitab pada jilid 1 mu’asurat 125:
 “Hukum mentalkin mayat yang sudah dikubur adalah merupakan syariat islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah sebab Allah Swt  menghidupkan mayat didalam kuburnya”.

2. Dari madzhab Maliki
Imam Qurtuby Al-Maliky didalam kitab beliau At-Tadzkiroh Bi Akhwalil Mauta Wal Akhiroh dalam mu’tsurat beliau menjelaskan amalan talkin dilakukan oleh para ulama islam di Qurtubah dan mereka membolehkannya.

3. Dari madzhab Syafi’i
Imam Nawawi As-Syafi’e menerangkan dalam kitab beliau berjudul Al Majmu’ pada jilid 5 ma’tsurat 303-304 :
: “para ulama dari mazhab Syafi’e menyatakan bahwa disunatkan melakukan talqin pada mayat ketika menguburkannya”.

4. Dari madzhab Hanbali
Imam Mardawy Al-Hanbaly dalam kitabnya Al Inshof Fi Ma’rifatir Rojikh Minal Khilaf pada jilid 2 muktsurat 548-549 menjelaskan :
Disunnahkan melakukan talkin mayat setelah menguburkannya menurut kebanyakan ulama.

II. Ulama’ yang melarang
1. Syeikh Al-Albany mengategorikan amalan ini di dalam bid’ah jenazah (lihat Ahkamul Janaiz hal: 217, maktabatul ma’arif)

2. Syeikh bin Baz (lihat Majmu’ dan Rasail beliau 10/361). Lihat juga Fatawa Al-lajnah Ad-daimah 9/72.

3.Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, beliau menyatakan:
 “Mentalqin mayit setelah dikubur tidak ada hadist shahih di dalamnya, maka amalan ini termasuk bid’ah.” (Asy-Syarh Al-Mumti’ 5/364).


HUKUM MENTALKIN MAYIT (1)

S. Pak Ustadz, belum lama mertua saya meninggal dunia. Saat selesai dikubur terdapat sebagian keluarga yang tidak setuju jika dilakukan talkin.

Yang saya tanyakan, bagaimanakah sebenarnya hukum mentalkin mayit tersebut? Terima kasih atas penjelasannya.

U.Talkin yaitu kalimat yang disampaikan di kuburan sesudah selesai pemakaman mayit. Maksud dilakukannya talkin adalah untuk memberitahu si mayit bahwa dia sudah berada di alam barzakh, menghadapi realitas kematian, dan akan diberi pertanyaan oleh dua Malaikat, yaitu Munkar dan Nakir.

Bagi orang yang masih hidup, Talkin merupakan satu peringatan bahwa alam Barzakh itu benar adanya. Hidup di dunia hanyalah sementara sehingga manusia perlu bertaubat dan memperbanyak amal sholeh untuk bekal kematian.

Hukum mentalkin mayit adalah sunnah. Dan waktunya sesudah mayit dikuburkan. Dimana posisi orang yang mentalqin berada di atas kuburan dalam keadaan jongkok atau duduk menghadap kearah wajah mayit.

Didalam kitab Fathul Mu’in diterangkan:

“Dan disunnatkan mentalkin mayit dewasa, walaupun ia dalam keadaan mati syahid”.

Sebagaimana yang diterangkan dalam Az-Dzariyat ayat 55:

"Dan tetaplah memberi peringatan, Karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman."

Dan yang paling dibutuhkan hamba Allah kepada peringatan adalah dalam keadaan sudah mati dialam barzakh.

Terdapat beberapa hadits yang menjelaskan tentang talqin diantaranya adalah riwayat Rosyid bin Sa’d dari Dhomroh bin Habib, dan dari Hakim bin ‘Umari, ketiganya berkata:



Jika kubur mayit telah diratakan dan sudah berpaling manusia dari padanya maka para sahabat mensunnahkan melakukan talkin mayit diatas kuburnya: “Wahai fulan: katakanlah “Tiada tuhan selain Allah, aku bersaksi tiada tuhan selain Allah, 3X. Ya Fulan katakanlah: Allah Tuhanku, Islam Agamaku dan Muhammad saw Nabiku , kemudian berpalinglah ia. (Riwayat Sa’id bin Manshur dalam kitab sunannya).



Hukum Darah Yang Keluar Dari Wanita Yang Keguguran





S. Pak ustadz, apakah wanita yang mengalami keguguran berlaku juga baginya hukum nifas seperti wanita melahirkan?

U.Wanita yang sedang nifas adalah wanita yang baru melahirkan. Selagi darah nifas masih mengalir, maka gugurlah kewajiban shalat baginya bahkan haram melaksanakan shalat tersebut.
Adapun wanita yang mengalami keguguran atau menggugurkan kandungannya dengan udzur yang dibenarkan agama, apabila janin yang gugur telah berbentuk manusia seperti sudah mempunyai tangan, kaki,kepala dan lainnya, maka darah yang keluar tersebut dinilai dan dihukumi darah nifas. Sehingga wanita tersebut tidak perlu bahkan haram untuk melaksanakan shalat, puasa,berhubungan suami istri dan lainnya hingga suci.
Tetapi jika janin yang gugur itu belum berbentuk manusia, maka darah tersebut dihukumi “damul fasad” atau darah rusak (kotor). Dalam masalah ini, wanita yang mengalami keguguran tersebut tetap wajib untuk melaksanakan shalat, puasa dan lain sebagainya walaupun masih keluar darah tersebut. Dan yang perlu dilakukan wanita tersebut adalah melakukan wudhu tiap-tiap akan mengerjakan shalat dan harus diusahakan supaya darah tersebut jangan sampai menetes dan mengotori tempat shalat tersebut.

BATAL SAAT TENGAH MELAKUKAN SHALAT JUM’AT (Tanya Jawab Agama Islam)




S:Bagaimanakah jika seseorang sedang jamaah shalat jum’at saat tahiyat tiba tiba dia buang angin dan tidak ada kesempatan untuk wudhu dan menyusul imam?

U:Jika seseorang sudah melaksanakan shalat jumat, maka tiada lagi baginya kewajiban untuk melaksanakan shalat Dzhuhur. Kecuali jika orang tersebut tidak mendapatkan shalat jumat, entah sebab batal atau sebab tertinggal rokaat.

Tidak mendapati shalat Jumat sebab batal seperti buang angin adalah jika makmum ikut shalat Jumat, tiba-tiba wudhu'nya batal dan tidak ada waktu lagi untuknya guna berwudhu lagi untuk kembali menikuti shalat jum’at walau hanya menjadi makmum masbuk yang mendapatkan satu rokaat. Dalam kasus ini dia wajib menjalankan shalat Dhuhur untuk menggantikan shalat Jumat yang batal.

Rujukan: (Kitab Bidayatul mujtahid juz 1 hal 199)